Katanya Bersumpah Demi Allah 212 Gak ada Agenda Politik, Kok Isinya Politik Semua?



Menanggapi tuduhan mantan Koordinator Eks 212, Razman Arif Nasution yang mengatakan bahwa ada muatan politik dalam acara Reuni 212, Ketua Umum GNPF Ulama, Yusuf Muhammad Martak pun mengatakan dengan membawa nama Allah bawa kegiatan tersebut tidak ada unsur politik.

“Tidak ada agenda lain kecuali hanya reuni. Yang di dalamnya 99 persen adanya keterkaitan ritual Islam seperti doa, dzikir, dan maulid," tandas Yusuf memastikan acara Reuni Akbar Mujahid 212 di Monumen Nasional (Monas).

“Demi Allah saya bersedia disumpah tidak ada agenda politik di dalam ini,” tambahnya.

Meskipun penyelenggara mengatakan tidak ada unsur politik, tetapi pada kenyataannya Habib Rezieq menyerukan 2019 ganti presiden, dan juga para peserta menyerukan Prabowo dengan pose dua jari. Belum lagi di panggung Tengku Zulkarnaen menggiring masa yang menjurus pada kampanye.

"Saya kalau ditanya pemimpin yang bisa mewujudkan baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur, siapa presidennya..." kata Tengku Zulkarnain. Massa menyahut pernyataan itu dengan menjawab: "Prabowo!"

Kalau hal-hal seperti itu dianggap bukan kampanye menurut saya aneh. Saya rasa kita semua bukanlah orang bodoh yang gak memahami kampanye terselebung seperti itu.

Kalau saya pribadi terserah saja itu acara reuni 212 dibawa ke politik, saya juga gak terlalu perduli jika memang acara tersebut digunakan sebagai ajang politik, meskipun para peserta menganggap kegiatan tersebut sebagai hal-hal yang berbau agama dan menjanjikan kunci surga, saya sih gak masalah, karena mau kita permasalahkan juga ya gak ngaruh. Tetapi yang saya sayangkan, panitia sampai menggunakan nama Allah untuk “berbohong”. Tetapi ya sudahlah, itu hak mereka juga.

Terlepas dari acara 212, menurut saya memang enak kalau berpolitik menggunakan isu agama, sebab gak perlu banyak mikir untuk menarik simpati masyarakat. Cukup berdandan agamis dan menghadiri acara-acara keagamaan saja sudah bisa menarik simpati rakyat, gak perduli calon pemimpin/politisi tersebut punya kemampuan untuk bekerja ngurusi rakyat atau tidak, bahkan tak perduli si politikus tersebut punya niat maling duit rakyat atau tidak, cara-cara menggunakan pendekatan melalui sentimen agama memang jitu.

Namun untuk orang beragama dan berakal, cara-cara politik tersebut gak akan berhasil, karena meskipun ada politisi menggunakan sentimen agama untuk menarik simpati, tetap saja akan dipertanyakan apa yang bisa diberikan pada masyarakat.

Ngomong-ngomon tentang 212 dan politisi dengan sentimen agama, saya jadi ingat Bupati Lampung Selatan yang bernama Zainudin Hasan. Kader PAN dan juga adik dari Zulkifli Hasan tersebut sangat terkenal dengan penampilan yang agamis dan religius. Bahkan Zainudin Hasan melantik bawahannya setelah salat subuh. Selain itu dia juga merupakan alumni 212 yang lalu. Tetapi kini ia dicyduk KPK karena kasus suap.

Dari contoh di atas kita bisa mengambil hikmah bahwa apa yang nampak di luar, tidak selalu mencerminkan yang di dalam. Zainudin Hasan yang terlihat religus, tetapi justru di balik itu semua ada kejahatan yang disembunyikan. Namun di era ini yang namanya bangkai pasti kecium juga baunya.

Selain saya mengingat Zainudin Hasan, saya pun kembali teringat salah satu kader partai yang diklaim partai Allah yang juga tertangkap KPK. Orang tersebut adalah Gubernur Jambi Zumi Zola.

Terus terang saya merindukan suasan demokrasi yang berkualitas, dimana demokrasi di isi dengan adu gagasan dan narasi untuk kemajuan bangsa. Adu argument terkait program unggulan, supaya masyarakat bisa menentukan pilihan pada orang yang tepat dan bisa membawa kemajuan bangsa.

Namun saat ini kita lihat, justru hoax bertebaran dimana-mana, dan isu agama pun kerap mewarnai pesta demokrasi kita saat ini. Hampir tak ada lagi empati dalam perdebatan politik, bahkan yang paling miris, ada yang sampai duel hingga mati Cuma karena perbedaan politik.



sumber

0 Response to "Katanya Bersumpah Demi Allah 212 Gak ada Agenda Politik, Kok Isinya Politik Semua?"

Posting Komentar