Ridwan Kamil Jawab Sudah Koordinasi, Tapi Kebaktian Natal Dibubarkan




Negara Indonesia ini terdiri dari beragam suku dan agama. Kita hidup berdampingan dengan hak yang sama sebagai rakyat Indonesia, apapun sukunya, apapun agamanya. Itulah cara kita hidup selama ini, sejak negara ini berdiri sampai sekarang.

Setiap agama punya hari raya dan ritual keagamaan yang berbeda-beda, dan semuanya sudah mendapat jatah perayaan dari negara. Semua ummat beragama juga punya hak merayakan. Jika ada pihak-pihak yang menghalangi atau membubarkan sebuah perayaan, maka itu melanggar undang-undang dan kesepakatan kita sebagai warga Indonesia.

Salah satu kebaktian natal setiap tahun rutin diselenggarakan di Sasana Budaya Ganesha Bandung. Sekali lagi setiap tahun. Sudah berjalan 15 tahun. Namun baru hari ini acara tersebut dibubarkan oleh ormas atas nama Islam bernama Pembela Ahlu Sunnah (PAS).

Mereka ormas PAS ini masuk ke dalam Gedung Sabuga dan membubarkan kebaktian natal. Hanya diberi waktu sekitar 10 menit untuk menyalakan lilin dan itupun diawasi, kemudian diminta bubar. Itupun masih dengan suara-suara provokatif dan penuh intimidasi, diteriaki. Selain ritual keagamaan tidak semuanya bisa dilaksanakan, saudara-saudara kita jadi otomatis merasa ketakutan.

Ridwan Kamil tak tepati janji

Mungkin sebagian pembaca seword ada yang berpikir bahwa ritual keagamaan ini belum mendapat ijin atau tidak sesuai kesepakatan. Sayapun berpikir seperti itu awalnya. Namun setelah mendengar cerita salah satu teman yang ada di lokasi, semuanya sudah sesuai prosedur seperti sebelum-sebelumnya.

Bahkan saat ada yang menanyakan terkait penolakan kegiatan ini, Ridwan Kamil sempat menjawab melalui insta “sudah dikoordinasikan. Kegiatan dilanjut saja. Hak beragama anda dilindungi negara. Nuhun.”

Namun faktanya di lapangan tetap ada pembubaran. Tidak ada koordinasi sama sekali antara Pemkot dan ormas-ormas setempat. Tidak sesuai dengan pernyataannya di instagram. Andai memang ada pelarangan atau perpindahan tempat, tentu kejadiannya tak akan seperti ini. Tak perlu ada pembubaran.



Tantangan Pemprov Jabar

Dari sedemikian banyak massa yang datang pada aksi 411 dan 212, Jawa Barat merupakan penyumbang massa yang cukup banyak. Saat mereka datang melakukan aksi, mereka berdalih sedang menjaga kebhinekaan. Itu bukan soal non muslim. Artinya mereka menghargai agama lain yang ada di Indonesia, sebab memang begitulah cara mereka hidup selama ini.


Terlebih Aagym juga beberapa kali mengatakan untuk tidak ikut campur urusan agama orang. Yang muslim urus diri sendiri. Non muslim juga silahkan dengan keyakinannya sendiri.

Tapi sekarang di Bandung ternyata ada kasus intoleran. Ada kegiatan kebatktian natal yang dibubarkan. Hal ini menarik untuk dilihat ke depannya, apakah orang seperti Aagym memang mendukung kebhinekaan di Indonesia? Atau malah akan pura-pura tidak tau bahwa ada kejadian seperti ini di Bandung, tempat tinggalnya sendiri. Jawabannya bisa kita lihat besok atau beberapa hari ke depan. Jika tak ada reaksi, berarti alasan menjaga kebhinekaan dan sebagainya itu hanya omong kosong.

Ridwan Kamil yang sudah memberikan pernyataan juga harus konsekuen dan bertanggung jawab dengan wilayahnya. Dia harus bisa menjawab pertanyaan mengapa ada pembubaran? Sementara dia sudah nyatakan sudah ada koordinasi. Selanjutnya Dedy Mizwar yang merupakan wakil Gubernur Jabar, yang begitu ceriwis dan termehek-mehek dengan kasus Ahok yang statusnya masalah provinsi orang lain, sekarang juga harus dilihat reaksinya. Saat ini di wilayahnya ada pelanggaran, apakah yang akan dia lakukan? Menarik untuk ditunggu. Dan semoga saja tidak hanya disuruh berdoa dan bersabar.

Jika sebelumnya mereka jauh-jauh ke Jakarta dengan alasan membela Islam dan menjaga kebhinekaan, semoga mereka tak malas untuk mengurusi daerah mereka sendiri yang saat ini juga ada masalah keagamaan. Akan menarik kalau Aagym menunggangi kudanya lagi, atau ada yang jalan kaki ke Bandung untuk melakukan aksi.

Terakhir, mungkin saya akan tutup dengan pesan teman saya yang hadir di lokasi. “kami tidak meminta simpati atau apapun itu. Kami hanya ingin bisa menjalankan ibadah, hak kami sebagai warga negara Indonesia.”

Begitulah kura-kura.







0 Response to "Ridwan Kamil Jawab Sudah Koordinasi, Tapi Kebaktian Natal Dibubarkan"

Posting Komentar